Pseudobulbar Affect (PBA) merupakan gangguan saraf yang menyebabkan terganggunya emosi pada diri seseorang. Seseorang bisa tiba-tiba saja tertawa atau menangis tanpa ada sebab yang jelas. Meski demikian, seseorang yang mengidap PBA belum tentu menderita gangguan mental seperti depresi atau bipolar. PBA bahkan berbeda dengan mood swing/mood disorder. Sebab tawa/tangis yang ditunjukkan penderita PBA umumnya hanya berlangsung dalam durasi yang cukup singkat. Dan tidak disertai dengan gejala gangguan mental lain seperti hilangnya nafsu makan atau gangguan sulit tidur.
Gejala pseudobulbar affect (PBA)
Setidaknya, ada beberapa tanda atau gejala yang biasanya dialami oleh para penderita PBA, gejala tersebut antara lain:
1. Sulit mengendalikan tawa atau tangis yang ditunjukkannya
Penderita PBA dapat tiba-tiba saja tertawa atau menangis tanpa ada penyebab atau pemicunya sama sekali. Mereka bisa tiba-tiba saja tertawa meski tidak ada hal yang mereka anggap lucu untuk ditertawakan. Dan sebaliknya, mereka bisa tiba-tiba saja menangis meski tidak merasakan adanya kesedihan sama sekali.
2. Seringkali tertawa atau menangis secara berlebihan
Meski begitu, penderita PBA bisa saja tertawa atau menangis di moment yang tepat layaknya mereka yang tidak mengidap penyakit ini. Namun dengan durasi yang jauh lebih lama sehingga kerap dianggap berlebihan oleh orang-orang disekitarnya.
3. Kerap meluapkan emosi secara meledak-ledak
Penderita PBA juga kerap mengalami luapan emosi yang tidak terkontrol. Mereka bisa tiba-tiba saja meluapkan rasa marah dan frustasi yang dirasakannya di waktu-waktu tertentu meski hanya selama beberapa menit.
Penyebab pseudobulbar affect (PBA)
Hingga kini, belum diketahui secara pasti apa sebetulnya penyebab atau pemicu terjadinya pseudobulbar affect (PBA) pada diri seseorang. Namun kondisi ini kerap dikaitkan dengan cedera otak yang mengakibatkan gangguan pada bagian prefrontal cortex di otak. Yakni bagian otak yang berfungsi untuk mengontrol emosi. Mereka yang mengidap gangguan saraf seperti stroke atau epilepsi juga disebut-sebut memiliki risiko yang jauh lebih tinggi untuk mengalami kondisi ini.
Itu mengapa, penderita PBA umumnya akan diminta untuk melakukan serangkaian pemeriksaan neurologis terlebih dahulu. Seperti pemindaian dengan MRI atau CT scan untuk melihat apakah orang tersebut pernah mengalami stroke atau cedera otak. Hingga pemeriksaan lain seperti Elektroensefalografi (EEG) untuk memastikan apakah orang tersebut menderita epilepsi atau tidak.
Mengatasi pseudobulbar affect (PBA)
Jika serangkaian hasil pemeriksaan yang sudah kamu lakukan memang menunjukkan tanda-tanda pseudobulbar affect (PBA). Maka ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan, yakni:
1. Konsultasikan hal ini pada seorang psikiater
Meski penderita PBA belum tentu mengidap depresi atau gangguan mental lain. Kondisi ini tentu akan membuatmu cukup minder saat harus berada ditengah keramaian. Karena kamu tahu betul, bahwa kondisi yang kamu alami ini bisa saja kambuh sewaktu-waktu.
Nah, untuk menceah hal ini dokter saraf biasanya akan memberimu rujukan ke poli psikiatri agar kamu bisa mendapatkan antidepresan yang dapat mengurangi tingkat keparahan dari ledakan emosi yang tidak terkontrol itu. Meski begitu, dosis yang kamu terima biasanya akan jauh lebih rendah atau bahkan sangat rendah jika dibandingkan dengan dosis antidepresan yang diberikan pada penderita depresi.
2. Mengkonsumsi Nuedexta
Selain antidepresan, penderita PBA juga dianjurkan untuk mengkonsumsi Nuedexta. Nuedexta sendiri merupakan obat yang awalnya ditunjukkan bagi penderita aritmia jantung, yakni gabungan dari dextromethorphan hydrobromide dan quinidine sulfate. Dimana kemudian, para ahli setuju menggunakan obat ini untuk mengatasi kondisi pseudobulbar affect (PBA).
3. Melakukan distraction saat gejala mulai muncul
Umumnya psikiater juga akan memintamu untuk mengalihkan fokus ke hal-hal lain saat kamu merasa sangat ingin tertawa atau menangis. Bedanya, jika penderita depresi kerap diminta mengalihkan fokus mereka ke hal-hal menyenangkan yang dapat membuat mereka tertawa. Penderita PBA justru diminta untuk mengalihkan fokus mereka ke hal lain yang tidak menimbulkan perasaan senang atau sedih berlebih.
4. Melakukan yoga atau meditasi
Kamu dapat pula melakukan yoga atau meditasi agar jauh lebih rileks. Hal ini karena yoga dan meditasi diyakini mampu meringankan beban kerja jantung, mengelola rasa cemas, hingga meningkatkan kesehatan emosional.
5. Menceritakan kondisi ini pada orang-orang terdekat
Setegar apapun kamu menghadapi situasi ini, kamu tetap harus menceritakannya pada orang-orang terdekatmu. Minimal agar mereka tidak merasa terkejut saat kondisi ini tiba-tiba saja kambuh. Lebih jauh, karena mereka jugalah yang akan membantumu melewati kondisi ini.
6. Sharing dengan sesama penderita PBA
Ingat, tak hanya kamu seorang yang menderita kondisi ini. Ada orang lain yang mungkin sudah lebih dulu mengalaminya. Dan dari merekalah kamu bisa belajar untuk mengatasi dan melewatinya.
Meski terdengar menakutkan karena dapat kambuh sewaktu-waktu. Sejatinya, penderita pseudobulbar affect (PBA) tetap dapat melakukan rutinitas sehari-hari dengan cara beradaptasi dengan kondisinya. Tentu, seiring berjalannya waktu kamu akan mulai dapat mengendalikan luapan emosi tersebut dan beraktivitas layaknya orang-orang normal pada umumnya.