Pada masa kanak-kanak dan remaja, tekanan bisa datang dari berbagai sumber, baik dari dalam diri anak sendiri, orangtua, guru, teman sebaya maupun dari masyarakat dimana anak tinggal. Bentuknya pun dapat bermacam-macam, dimana hal inilah yang nantinya akan menantang anak untuk merespons dan beradaptasi terhadap berbagai tekanan tersebut.
Tekanan bisa terjadi dalam bentuk peristiwa besar, seperti halnya perceraian yang dialami oleh kedua orangtua mereka atau dapat juga berupa masalah-masalah kecil dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti pekerjaan rumah yang harus diselesaikan atau perkelahian dengan teman mereka di sekolah.
Lantas apa dampak stres yang mungkin akan dialami oleh anak?
Yang jelas, stres dapat mempengaruhi kondisi psikologis anak. Peristiwa-peristiwa besar, terutama yang mengubah kehidupan keluarga mereka, seperti kematian orangtua maupun perceraian orangtua, biasanya akan memiliki efek yang sangat besar pada kesehatan psikologis anak. Namun peristiwa-peristiwa kecil yang terjadi dalam kehidupan sehari-harinya pun kadangkala juga dapat menimbulkan berbagai implikasi pada kondisi kesehatan anak, misalnya menyebabkan anak susah tidur atau nafsu makan yang berkurang sehingga anak-anak dapat menjadi lebih mudah marah dan tersinggung.
Dan apabila stres tersebut berlangsung cukup lama dan sangat intens, bukan tidak mungkin kalau hal ini juga akan mempengaruhi kondisi kejiwaan dan tubuh anak. Dalam jangka pendek stres akan mempercepat pernapasan dan detak jantung anak, meningkatkan tekanan darah dan ketegangan otot, serta mungkin akan menyebabkan sakit perut dan sakit kepala. Dan apabila stres berlangsung cukup lama, anak akan lebih rentan terhadap penyakit dan kelelahan, mimpi buruk, insomnia, tantrum (mengamuk), depresi maupun kegagalan di sekolah.
Lalu apa saja contoh stres/tekanan yang mungkin dihadapi anak-anak di zaman sekarang?
Pada zaman sekarang telah terjadi perubahan struktur keluarga dari keluarga besar menjadi keluarga kecil dengan tingginya kejadian perceraian orangtua, sehingga banyak keluarga yang hanya memiliki orangtua tunggal. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan yang cukup drastis terhadap pengalaman masa kanak-kanak sehingga anak-anak harus menyesuaikan diri terhadap perubahan tersebut.
Bahkan dalam keluarga utuh dan stabil sekalipun, meningkatnya jumlah keluarga yang kedua orangtuanya bekerja “memaksa” anak-anak untuk menghabiskan lebih banyak waktu sendirian. Bagi sebagian anak, kehilangan waktu dan kebersamaan dengan orangtua mereka dapat menjadi salah satu pemicu terjadinya stres didalam dirinya.
Banyak anak yang juga merasa tertekan oleh kegiatan-kegiatan yang terlalu berlebihan, misalnya kegiatan ekstrakurikuler di sekolah, les, kursus, dan sebagainya sehingga anak mudah lelah karena tidak mendapatkan waktu istirahat yang cukup dan memadai.
Kecanduan gadget dan game online, juga seringkali berimplikasi negatif pada kondisi psikologis anak.
Anak-anak saat ini juga sering mengalami kekerasan dan tekanan dari teman-teman mereka, terpapar penggunaan narkoba, menjadi korban pelecehan seksual, penculikan dan perdagangan anak, serta kejahatan lainnya. Perasaan bahwa mereka hidup di dunia yang tidak aman adalah sumber stres bagi beberapa anak. Singkatnya, anak-anak di zaman ini dihadapkan pada tantangan untuk memiliki keterampilan mengatasi masalah-masalah tersebut sehingga menyebabkan anak-anak sering diharapkan tumbuh lebih cepat dewasa dari usianya.
Kemampuan anak dalam mengatasi stres
Karakter anak yang berbeda-beda menjadikan mereka memiliki kemampuan yang berbeda pula dalam mengatasi stres dan masalah sehari-hari. Beberapa diantara mereka dapat dengan mudah beradaptasi terhadap peristiwa dan situasi yang baru. Sementara yang lainnya, harus bersusah payah untuk beradaptasi. Anak akan meningkatkan kemampuannya dalam mengatasi stres apabila mereka pernah berhasil mengatasi tantangan yang ada sebelumnya dan jika mereka memiliki kepercayaan diri bahwa mereka memiliki kemampuan serta adanya dukungan emosional dari keluarga dan teman-teman. Anak-anak yang memiliki rasa percaya diri yang baik, yang merasa dicintai dan didukung, umumnya memiliki kemampuan yang baik dalam mengatasi stres.
Apakah ada stres yang baik?
Tidak, semua stres itu buruk. Bagi anak yang satu, tekanan yang diberikan oleh seorang guru atau pelatih misalnya, mungkin dapat memotivasi anak itu untuk meraih dan mempertahankan nilai-nilainya di sekolah atau untuk lebih berprestasi dalam kegiatan olahraga. Namun belum tentu bagi anak lain.
Namun kabar baiknya, keberhasilan dalam mengelola situasi yang menyebabkan anak menjadi stres akan meningkatkan kemampuan beradaptasi mereka di masa depan.
Bagaimana cara mengelola stres pada anak?
Sebagai orangtua, anda tidak dapat mencegah anak-anak dari stres, tetapi anda dapat membantu mereka melakukan cara-cara yang benar untuk mengatasi stres dan mengatasi masalah sehari-hari mereka. Hal utama yang harus diperhatikan adalah perubahan perilaku yang terjadi pada anak, karena sebagian anak memang lebih memilih untuk tidak mengungkapkan tentang apa yang mengganggu mereka, mereka ingin orangtua menjangkau dan membantu mengatasi masalah mereka. Namun tidak mudah bagi orangtua untuk mengetahui apa yang harus dilakukan terhadap anak apabila mengalami stres. Berikut adalah beberapa tips dan cara menghilangkan stres pada anak :
1. Ajarkan anak untuk memecahkan masalah
Jika anak tidak diajari bagaimana cara mengatasi stres, mereka akan mengobati diri dengan makanan, obat-obatan, dan alkohol. Dengan kata lain, anak-anak akan melakukan sesuatu yang membuat mereka merasa lebih baik dengan segera.
2. Atur jadwal kegiatan anak supaya tidak berlebihan
Salah satu pemicu stres terbesar bagi anak-anak adalah jadwal kegiatan yang berlebihan. Anak-anak zaman sekarang banyak yang harus mengikuti pelajaran di sekolah selama 7-8 jam, ikut dalam kegiatan ekstrakurikuler, les, pulang ke rumah, menyelesaikan pekerjaan rumah, dan pergi tidur kemudian melakukan hal yang sama di keesokan harinya. Pernahkah anda memikirkan waktu istirahat mereka? Otak dan tubuh mereka perlu istirahat, dan mungkin mereka sendiri tidak menyadari hal tersebut. Jika hal ini terjadi pada anak anda, coba perhatikan jadwal anak selama 1 minggu, apakah mereka sudah cukup mendapatkan waktu istirahat.
3. Luangkan waktu anak anda untuk bermain dan luangkan waktu anda untuk bersama mereka
Bermain yang dimaksud adalah bermain yang hanya diperuntukkan untuk kesenangan tanpa adanya “tekanan”, tidak ada tujuan pelajaran atau kompetisi. Menyalurkan hobi sambil bermain dapat menjadi salah satu alternatif bermain yang menyenangkan. Orangtua bisa ikut bermain bersama anak-anak. Buat permainan dengan suasana yang menggembirakan dan menyenangkan anak. Jika anak bahagia, hal ini bisa menjadi pereda stres yang menyenangkan dan anda serta anak-anak dapat menikmati kebersamaan.
4. Jadikan waktu tidur sebagai hal yang prioritas bagi anak
Tidur merupakan aktivitas yang sangat penting dan bermanfaat bagi anak-anak, berguna untuk meminimalkan stres dan mengembalikan suasana hati. Jika anak kurang tidur, itu pertanda bahwa mereka memiliki jadwal kegiatan yang terlalu berlebihan. Ciptakan suasana dan lingkungan yang mendukung agar anak dapat tidur dengan tenang dan nyaman, misalnya tidak ada TV di kamar tidur mereka.
5. Kelola stres anda sendiri
Stres itu menular. Ketika orangtua stres, anak-anak akan ikut stres, karena anak dapat menangkap dan merasakan suasana hati orangtuanya. Oleh karena itu, penting bagi orangtua untuk selalu menunjukkan kepada anak-anak bahwa anda dalam keadaan santai. Mereka harus melihat orangtuanya relax. Jika anda cemas, anak akan menangkap kecemasan itu dan akan membuat mereka menjadi cemas. Jadi, ketika anda ingin mengurangi kecemasan anak anda, anda harus mengelola kecemasan anda sendiri.
6. Ciptakan suasana rumah yang tenang dan harmonis
Rumah yang berantakan dan penuh keributan merupakan salah satu pemicu stres bagi anak-anak, khususnya saat pagi hari. Kenapa saat pagi hari? Karena pagi adalah awal aktivitas seorang anak pada hari tersebut, apabila aktivitas anak dimulai dengan stres maka akan mempengaruhi psikologis anak pada keseluruhan hari tersebut.
7. Ajarkan anak untuk tidak takut membuat kesalahan
Sebagian anak stres karena rasa takut yang berlebihan saat mereka membuat kesalahan. Ingatkan mereka bahwa mereka tidak harus tahu dalam segala hal, tidak harus sempurna dalam melakukan segala sesuatu. Juga tekankan kepada anak bahwa keterampilan membuat keputusan yang baik merupakan bagian dari proses belajar. Jadi yang terpenting adalah apabila anak membuat keputusan yang salah, mereka mampu mengambil pelajaran dari hal tersebut dan belajar bagaimana memperbaiki keputusan yang salah tersebut sehingga ke depannya mereka mampu membuat hal-hal yang baik dan benar.
8. Ajarkan anak untuk mengenali perasaan sendiri serta berpikir positif
Bantu anak untuk mengungkapkan perasaan mereka, apa yang mereka rasakan, apa yang mereka khawatirkan. Minta mereka untuk mengungkapkan perasaan mereka jika mereka merasa gugup, takut, cemas, atau tertekan. Tanyakan kepada mereka apa yang membuat mereka merasa seperti itu. Kenali perasaan anak dan dorong mereka untuk berpikir positif dan gunakan kata-kata yang positif. Sebagai contoh, apabila anak stres untuk masuk sekolah dihari pertamanya, katakan pada anak bahwa “sekolah itu menyenangkan, guru dan teman-teman mereka juga menyenangkan”. Semakin banyak anda dapat memfokuskan anak pada hal-hal positif, anak anda akan terbiasa untuk melihat segala situasi dalam perspektif yang positif.
9. Ajarkan pada anak untuk berani menghadapi ketakutan/kekhawatirannya
Ketika anak takut terhadap situasi tertentu, biasanya mereka akan menghindar. Namun, menghindari situasi tertentu yang mencemaskan, justru akan membuat anak mempertahankan kecemasan tersebut. Sebaliknya, jika seorang anak berani menghadapi ketakutannya, anak akan belajar bahwa kecemasan akan hilang dengan sendirinya seiring berjalannya waktu.
10. Beri penghargaan terhadap perilaku berani anak
Jika anak berani menghadapi ketakutannya, beri dia pujian, pelukan, atau bahkan hadiah. Hal ini untuk memotivasi anak, sehingga apabila dia berada pada situasi yang mencemaskan, anak berani mengahadapinya. Jika anda menghargai perilaku anak, mereka akan lebih sering melakukan hal-hal yang baik.
Nah, itulah 10 tips mengelola dan mengatasi stres pada anak.