Sebuah pemandangan segar nan menyejukkan mata terlihat di pusat kota Bucharest, Romania, pada senin pagi lalu, kala para ambasador PETA (The People for the Ethical Treatment of Animals) terlihat berkeliling mengenakan bikini hijau berhiaskan dedaunan segar, untuk membagi-bagikan menu makanan “vegan” kepada setiap orang yang melintas.
The “Lettuce Ladies”, begitu mereka biasa disebut. Para wanita cantik yang biasa diutus untuk menjadi duta gaya hidup “vegan” ke berbagai kota dan negara yang mereka singgahi. Sebut saja, Kuba dan Rusia yang belum lama ini mereka singgahi. Serta Amerika Serikat dan Turki yang akan menjadi tempat persinggahan mereka berikutnya.
Tujuannya? jelas, untuk mengkampanyekan gaya hidup vegan dan mengajak lebih banyak lagi orang untuk ikut terlibat dalam gerakan gaya hidup sehat yang satu ini.
Namun yang kemudian menjadi pertanyaan adalah, apa itu gaya hidup “vegan”? dan apa bedanya gaya hidup vegan dengan gaya hidup vegetarian?
Secara garis besar, baik vegan maupun vegetarian sama-sama diartikan sebagai orang-orang yang tidak mengkonsumsi segala jenis makanan yang bersumber dari binatang, termasuk daging ayam, daging sapi bahkan olahan ikan dan beragam jenis makanan laut lainnya.
Namun, berbeda dengan para vegetarian yang cenderung masih mengkonsumsi olahan makanan dan minuman yang mengandung protein hewani, seperti: susu, telur, dan mentega. Para vegan cenderung menghindari jenis olahan makanan tersebut. Bahkan lebih jauh lagi, para vegan juga menghindari penggunakan produk-produk kecantikan yang menjadikan binatang sebagai objek uji coba mereka, serta segala jenis produk fashion yang berasal dari bagian tubuh binatang, seperti, sabuk kulit, sepatu kulit, tas kulit dan lain sebagainya.
jika ingin di kerucutkan, anda dapat mengartikan vegan sebagai, orang-orang yang amat sangat peduli terhadap keberlangsungan hidup segala jenis binatang disekitarnya, dan tidak ingin binatang-binatang tersebut diusik keberadaannya, di-eksploitasi, dimakan, apalagi dijadikan komoditi fashion dan diperjual-belikan dalam pasar bebas. Atau dengan kata lain, mereka hanya ingin membiarkan binatang-binatang tersebut hidup bebas di alam dan habitatnya masing-masing.
Wow, sebuah gaya hidup sehat yang cukup mulia, bukan?
Minimal dengan mengetahui hal tersebut, sekalipun masih mengkonsumsi makanan dan minuman yang mengandung protein hewani, kita dapat mulai mengurangi penggunaan produk-produk fashion maupun kecantikan yang masih memanfaatkan bagian tubuh binatang sebagai komoditi utama mereka. Karena dengan ikut menggunakannya, sebetulnya kita sama saja masih menyetujui tindakan pemburuan dan pembantaian liar terhadap beragam jenis spesies hewan yang dianggap cukup “menjual” oleh para pemburu.
Namun, lagi-lagi pilihan kembali kepada anda masing-masing… 🙂