Anxiety Disorder dan Panic Attack merupakan dua gangguan psikologis yang terbilang cukup umum atau paling sering dialami. Gejalanya pun terbilang hampir mirip. Bahkan saking miripnya, banyak orang yang kemudian salah mengartikan Anxiety Disorder sebagai Panic Attack dan sebaliknya. Namun, apa sebetulnya perbedaan diantara keduanya?
Definisi anxiety disorder dan panic attack
Sejatinya hanya dokter, psikolog atau psikiater yang dapat menentukan apakah seseorang betul mengalami gangguan kesehatan mental seperti anxiety disorder dan panic attack atau tidak. Sebab sedikit banyak gejala dari 2 gangguan psikologis ini hampir-hampir mirip dengan gejala serangan jantung. Sehingga sebelum lebih lanjut menyimpulkan hal ini. Dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan medis terlebih dahulu. Seperti, tes darah hingga Elektrokardiogram (EKG), untuk memeriksa kondisi jantung dari pasien yang bersangkutan.
Jika setelah dievaluasi, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan bahwa sistem kardiovaskular yang bersangkutan bermasalah. Maka dokter biasanya akan merujuk orang tersebut ke seorang psikolog atau psikiater. Dan mengacu pada buku Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5) Psikolog atau Psikiater kemudian baru akan menentukan apakah yang bersangkutan mengalami anxiety disorder atau panic attack.
Anxiety disorder merupakan gangguan mental yang ditandai dengan adanya ketakutan atau kecemasan berlebih (yang kadang tidak terkontrol) terhadap kondisi atau situasi tertentu. Anxiety disorder juga menaungi berbagai gangguan psikologis lain seperti: gangguan panik (panic disorder), social anxiety disorder, generalized anxiety disorder (GAD), obsessive-compulsive disorder (OCD), Fobia, hingga post-traumatic disorder (PTSD).
Sementara panic attack merupakan serangan panik yang terjadi secara tiba-tiba yang membuat seseorang merasakan takut yang teramat sangat pada hal-hal yang ia sendiri tidak tahu apa itu. Hingga kini, para ahli bahkan belum dapat menyimpulkan apa penyebabnya. Yang jelas, orang-orang yang memiliki temperamen tinggi dan mudah stres dianggap lebih berisiko mengalami panic attack.
Perbedaan anxiety disorder dan panic attack
Baik anxiety disorder maupun panic attack biasanya akan menunjukkan gejala umum seperti, gelisah, keringat dingin, jantung berderbar-debar, hingga sesak nafas. Namun, jika ingin ditinjau dari berbagai aspek lain seperti trigger atau faktor pemicunya maupun gejala yang lebih spesifik. Keduanya jelas menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan.
1. Trigger (Faktor Pemicunya)
Mereka yang mengalami panic attack umumnya akan sulit menjelaskan tentang apa penyebab dari kondisi yang dialaminya. Karena panic attack memang dapat terjadi secara tiba-tiba bahkan tanpa sebab yang jelas. Sementara orang-orang yang mengalami anxiety disorder biasanya dapat dengan mudah mendeskripsikan trigger atau faktor pemicu yang membuat mereka merasa cemas. Misalnya, fobia saat berada di keramaian (Enochlophobia), fobia terhadap kegelapan (Nyctophobia) hingga perasaan takut yang berlebihan untuk mengemudikan atau menggunakan kendaraan (Amaxophobia).
2. Gejala yang lebih spesifik
Pernah nggak sih kamu merasa mulas seperti ingin buang air kecil atau pup saat tengah menghadapi sebuah kondisi tertentu? Jika iya, hal ini merupakan salah satu gejala spesifik dari anxiety disorder. Gejala ini biasanya akan diikuti dengan otot-otot tubuh yang mulai menegang. Hingga rasa sensitif yang berlebih terhadap sesuatu hal yang kamu anggap akan membahayakanmu. Namun begitu, setelah kondisi ini kamu lalui tubuh seolah akan kembali ke mode normal.
Disisi lain, mereka yang mengalami panic attack umumnya akan merasa seperti berkunang-kunang, kehilangan keseimbangan hingga merasa ingin pingsan. Ada yang kemudian menganggapnya seperti Vertigo, meski sebetulnya bukan. Dan yang lebih “membagongkan” ada pula yang merasa seperti tubuh dan jiwanya terpisah (derealisasi dan depersonalisasi). Bahkan tak sedikit dari mereka yang merasa sulit untuk mengontrol tubuhnya. Dan selalu dihantui perasaan takut mati.
3. Intensitasnya
Panic attack umumnya hanya berlangsung dalam waktu singkat atau tak lebih dari 1 jam. Lalu akan mereda dengan sendirinya. Sementara anxiety disorder dapat berlangsung dalam intensitas waktu yang lebih lama. Bahkan mungkin akan mengalami peningkatan dari waktu ke waktu jika tidak segera diatasi.
Meski bukan kondisi yang berbahaya, baik panic attack maupun anxiety disorder akan sangat sulit untuk diatasi secara mandiri. Kamu perlu mengkonsultasikan hal ini pada seorang psikolog atau psikiater. Agar bisa mendapatkan saran medis yang tepat. Misalnya, untuk menjalani Psikoterapi atau mengkonsumsi obat antidepresan hingga obat penenang untuk meredakan gejala yang dialami. Dibutuhkan juga support atau dukungan dari orang-orang terdekat pasien agar proses pemulihan dapat berjalan dengan baik.