Pernah dengar istilah barang preloved? Barang preloved adalah barang bekas yang masih layak pakai atau masih dalam kondisi baik namun sudah tidak lagi digunakan sehingga dijual kembali oleh pemilik sebelumnya. Jika beruntung, kamu bahkan bisa mendapatkan barang preloved yang masih tampak seperti baru, karena baru beberapa kali digunakan. Saya sendiri pernah mendapatkan sepatu Nike original dengan harga 99rb disalah satu marketplace yang setelah saya cuci, hampir tak ada bedanya dengan sepatu baru. Bahkan sebagai orang yang gemar membaca, jujur aja saya lebih suka berburu buku bekas/preloved ketimbang buku baru hehe.
Namun, sebagian dari kamu mungkin bertanya-tanya. Mengapa istilah preloved lebih sering digunakan ketimbang barang bekas?
Hal ini karena istilah “preloved” terasa lebih personal dibandingkan “bekas”, karena kata ini seolah menyiratkan bahwa barang tersebut dulunya sangat disayangi oleh pemiliknya dan masih dirawat dengan baik. Buku misalnya, saya sering banget dapat buku preloved dengan harga murah yang bahkan sudah disampul plastik oleh pemilik sebelumnya. Maka tak heran jika tren berburu barang bekas/preloved alias thrifting kini kian digemari, terutama di kalangan milenial dan Gen Z.
Alasan Utama Mengapa Thrifting Kian Digemari
Setidaknya, ada beberapa alasan mengapa tren thrifting kian meningkat dan banyak orang kini lebih gemar berburu barang preloved.
1. Lebih murah ketimbang yang baru
Salah satu daya tarik utama dari barang preloved adalah harganya yang lebih murah dibandingkan barang baru. Bayangkan, kalian bisa mendapatkan outfit branded dengan harga setengah dari harga aslinya atau bahkan lebih murah, dengan kondisi yang masih sangat baik. Atau buku preloved yang baru 1 atau 2 kali dibaca oleh pemilik sebelumnya.
2. Masih sangat bagus
Banyak yang mengira bahwa barang preloved merupakan barang minus yang sudah tidak lagi bisa digunakan alias sudah rusak. Padahal, banyak barang preloved yang baru digunakan beberapa kali oleh pemilik sebelumnya. Misalnya, pakaian atau sepatu yang baru dipakai satu kali untuk acara tertentu, lalu dijual karena sudah tidak dibutuhkan lagi. Saya pribadi pernah menjual sepatu pantofel bata yang baru saya gunakan 2 kali, pertama untuk skripsi dan yang kedua untuk wisuda. Dan karena sudah tidak dibutuhkan lagi, sepatu itu pun akhirnya saya jual kembali dengan harga murah. Karena saya sendiri tahu, bahwa jika sepatu itu tetap saya keep namun tidak digunakan. Lama kelamaan, karetnya akan mengeras dan kulitnya akan mengelupas. Justru mubazir, bukan? Itu mengapa saya lebih memilih untuk menjualnya.
Atau adapula barang preloved yang dijual karena pemiliknya sudah bosan atau ingin membeli model yang lain. Bahkan ada barang preloved yang sebetulnya masih baru namun dijual kembali karena ukurannya tidak pas atau alasan pribadi lainnya. So, bagi sebagian orang termasuk saya aktivitas thrifting atau berburu barang preloved jadi salah satu hobi yang justru amat mengasyikan.
3. Masih bisa nego
Meski sudah sangat murah, banyak barang preloved yang nyatanya masih bisa kita nego ditempat. Dan jika beruntung, kamu bisa mendapatkan barang tersebut di harga yang kamu mau. Meski begitu, usahakan untuk tidak menawarnya dengan cukup sadis hehe.
4. Jika beruntung, kamu bisa menemukan “harta karun terpendam”
Ada barang-barang tertentu yang hanya diproduksi dalam jumlah terbatas alias limited edition. Dan barang-barang seperti inilah yang umumnya sulit ditemukan dipasaran. Misalnya, Nike Air edisi khusus. Namun dipasar barang bekas, barang-barang semacam ini justru seringkali luput dari perhatian. Dan menjadi semacam harta karun bagi siapapun yang berhasil mendapatkannya.
5. Atau, menemukan barang koleksi
Banyak mainan jadul semasa kecil yang saat itu tidak kesampaian untuk kita miliki, namun setelah bekerja dan punya cukup uang akhirnya bisa kita beli di pasar loak atau marketplace untuk sekedar jadi barang koleksi. Misalnya, action figure Toy Story dari McDonald’s. Yang dahulu kala, untuk bisa mendapatkannya kita mesti membeli menu tertentu haha.
Intinya, dengan membeli barang preloved, tanpa sadar kamu sebetulnya tengah memperpanjang usia pakai suatu barang sekaligus menekan perilaku konsumtif yang tidak perlu.